Oleh Mahfud Achyar
Sahabat, suatu ketika saya menghadiri sebuah forum mahasiswa di kampus saya sendiri, yaitu Universitas Padjadjaran. Forum tersebut merupakan forum yang sengaja didesain guna membahas masalah seputar bangsa dan masalah kampus.
Salah satu tema yang diangkat pada saat itu adalah Mengubah Dunia dari Bangku Kuliah. Anda tahu siapa yang menjadi pembicara pada forum tersebut? Atau apa Anda menduga bahwa pembicara pada forum tersebut adalah orang yang populer, yang memiliki jam terbang yang tinggi? Tidak! Pembicara pada forum tersebut adalah perwakilan mahasiswa dari masing-masing fakultas. Mereka diminta untuk menyampaikan narasinya tentang How to change Indonesia?
Seingat saya, pembicara pada forum tersebut berjumlah sepuluh orang. Dan setiap pembicara diberi satu pertanyaan yang sama, yaitu Menurut Anda, apa hal yang paling mendasar yang harus diperbaiki di bangsa Indonesia?
Semua pembicara pun menjawab berdasarkan basic keilmuan masing-masing. Namun, jika diambil benang merahnya, rata-rata mereka mengutarakan bahwa hal yang paling mendasar yang harus diubah oleh bangsa Indonesia adalah KARAKATER bangsa. Saya pun berpikir keras, mengapa mereka bersepakat bahwa karakter bangsalah yang mesti diperbaiki dulu, bukan sektor yang lain, seperti pendidikan, kesehatan, dan ekonomi.
Well, setelah berpikir cukup dalam. Akhirnya saya menemukan jawabannya. Menurut saya, karakter bangsa menentukan apakah suatu bangsa mampu menjadi bangsa besar atau tidak. Lantas pertanyaannya sekarang adalah, bagaimana dengan karakter bangsa Indonesia? Sejauh ini menurut pengamatan saya, belum ada penelitian yang menunjukkan bahwa karakter bangsa Indonesia berada pada posisi tertentu. Toh, pada dasarnya karakter bukanlah hitungan matematis yang dapat diukur secara kuantitatif. Karakter adalah sifat-sifat kejiwaan yang membedakan seseorang dengan orang lain.
Karakter merupakan fase kedua dalam merepresentasikan kejiwaan manusia. Fase pertama ialah sifat, selanjutnya karakter, tabiat, dan watak. Menurut ilmu psikologi, sifat dan karakter bisa diubah sejauh pribadi/kelompok masyarakat tersebut mau untuk mengubahnya. Sementara itu, karakter sulit diubah, tapi bukan berarti tidak bisa diubah sama sekali.
Lantas, apa karakter bangsa Indonesia pada kondisi kekinian? Studi mengenani hal tersebut rasanya tidak perlu diulas cukup mendalam. Faktanya media massa sebagai medium message nyata-nyata sudah memaparkan secara gamblang kondisi bangsa kita.
Miris. Begitulah kondisi karakter bangsa yang dulu dipuja-puji bangsa. Maaf, bukannya saya ingin bernostalgia dengan masa lampau. Rasanya di masa lampau kita memang tidak segemilang yang dikatakan orang. Namun, jika dikomprasikan dengan masa kini, ada banyak hal yang membuat kita mengelus dada.
Maka siapa pun tidak akan mengelak bahwa memang karakter bangsalah yang harus diperbaiki. Saya tidak ingin mengatakan saya malu sebagai bangsa Indonesia. Toh pada dasarnya saya merupakan entitas dari bangsa besar ini. Saya tidak ingin menjadi bagian dari para pecundang yang hanya bisa mengutuk kegelapan. Dan sama sekali tidak ada itikad baik untuk menyalakan cahaya. Saya peduli pada bangsa ini, saya yakin karakter bangsa ini suatu saat akan berubah. Sekarang yang bisa kita lakukan hanyalah berusaha semampu kita. Karena jika kita mau, apa pun pasti bisa.
Mengutip apa yang disampaikan ibu Marwah Daud Ibrahim dalam bukunya Mengelola Hidup Merencanakan Masa Depan (MHMMD)
Kesuksesan bangsa adalah akumulasi dari kesuksesan individu
Maka cara paling sederhana atau yang paling bisa kita lakukan saat ini adalah ubahlah karakter Anda menjadi karakter yang penuh integritas.
Persoalan karakter memang sulit diubah, bahkan kerap kali karakter sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari hidup suatu individu atau kelompok.
Saya teringat dengan tausiyah yang disampaikan Bang Sandiaga Uno pada malam i'tiqaf ke-27 di masjid Al-Azhar, Jakarta. Beliau menceritakan salah satu pengalamannya ketika menempuh studi di Amerika. Menurut saya, pengalaman beliau ini bisa menjadi pemantik kita untuk berubah. Hingga pada akhirnya kita bisa berkata, "Ok, let’s change our habit!"
Amerika--saat salju baru saja membasahi kampus bang Sandiga Uno. (Cerita sudah mengalami revisi, tapi tidak mengurangi esensi dari cerita itu sendiri)
Saat itu kami mahasiswa dari Indonesia berkumpul di cafeteria untuk menikmati kehangatan bersama pasca salju yang turun semalaman. Seperti biasa, jika turun salju dapat dipastikan kondisi jalan atau pun lantai menjadi licin. Dan hal tersebut tentu saja berbahaya bagi pejalan kaki. Maka dibutuhkan kehati-hatian yang cukup ekstra supaya tidak tergelincir.
Rupanya tidak hanya mahasiswa Indonesia saja yang saat itu di cafeteria. Ada kumpulan mahasiswa dari Jepang dan mahasiswa dari Eropa. Mereka menikmati kebersamaan sembari bercanda satu sama lain.
Kemudian, seorang teman saya yang juga mahasiswa asal Indonesia berlari menuju ke tempat kami. Saya khawatir kalau-kalau teman saya tersebut tergelincir. Tiba-tiba. hanya selang beberapa menit dari apa yang saya pikirkan, ternyata benar. Teman saya tersebut tergelincir dan tubuhnya terpental.
Dan Anda bisa bayangkan apa reaksi dari tiga meja yang ada di cafeteria?
Begitulah sahabat, kejadian yang sama namun tanggapan dan perlakuan berbeda. Sekarang saya ingin menyeru kepada kita genarasi muda, Change your habit to be a better Nation!
Konsekuensi logis jika kita mau bangsa Indonesia ini berubah, maka harus dimulai dari detik ini. Jika tidak, mau sudah bisa diprediksi Indonesia tidak akan mengalami progress yang signifikan. Sejalan dengan firman Allah dalam surat (13:11)
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa apa yang pada diri mereka ”
Salam Perubahan!
Mahfud Achyar
Universitas Padjadjaran Bandung
sumber
http://www.eramuslim.com/oase-iman/mahfud-achyar-perbaikan-bangsa-dimulai-dari-perbaikan-karakter.htm
Sahabat, suatu ketika saya menghadiri sebuah forum mahasiswa di kampus saya sendiri, yaitu Universitas Padjadjaran. Forum tersebut merupakan forum yang sengaja didesain guna membahas masalah seputar bangsa dan masalah kampus.
Salah satu tema yang diangkat pada saat itu adalah Mengubah Dunia dari Bangku Kuliah. Anda tahu siapa yang menjadi pembicara pada forum tersebut? Atau apa Anda menduga bahwa pembicara pada forum tersebut adalah orang yang populer, yang memiliki jam terbang yang tinggi? Tidak! Pembicara pada forum tersebut adalah perwakilan mahasiswa dari masing-masing fakultas. Mereka diminta untuk menyampaikan narasinya tentang How to change Indonesia?
Seingat saya, pembicara pada forum tersebut berjumlah sepuluh orang. Dan setiap pembicara diberi satu pertanyaan yang sama, yaitu Menurut Anda, apa hal yang paling mendasar yang harus diperbaiki di bangsa Indonesia?
Semua pembicara pun menjawab berdasarkan basic keilmuan masing-masing. Namun, jika diambil benang merahnya, rata-rata mereka mengutarakan bahwa hal yang paling mendasar yang harus diubah oleh bangsa Indonesia adalah KARAKATER bangsa. Saya pun berpikir keras, mengapa mereka bersepakat bahwa karakter bangsalah yang mesti diperbaiki dulu, bukan sektor yang lain, seperti pendidikan, kesehatan, dan ekonomi.
Well, setelah berpikir cukup dalam. Akhirnya saya menemukan jawabannya. Menurut saya, karakter bangsa menentukan apakah suatu bangsa mampu menjadi bangsa besar atau tidak. Lantas pertanyaannya sekarang adalah, bagaimana dengan karakter bangsa Indonesia? Sejauh ini menurut pengamatan saya, belum ada penelitian yang menunjukkan bahwa karakter bangsa Indonesia berada pada posisi tertentu. Toh, pada dasarnya karakter bukanlah hitungan matematis yang dapat diukur secara kuantitatif. Karakter adalah sifat-sifat kejiwaan yang membedakan seseorang dengan orang lain.
Karakter merupakan fase kedua dalam merepresentasikan kejiwaan manusia. Fase pertama ialah sifat, selanjutnya karakter, tabiat, dan watak. Menurut ilmu psikologi, sifat dan karakter bisa diubah sejauh pribadi/kelompok masyarakat tersebut mau untuk mengubahnya. Sementara itu, karakter sulit diubah, tapi bukan berarti tidak bisa diubah sama sekali.
Lantas, apa karakter bangsa Indonesia pada kondisi kekinian? Studi mengenani hal tersebut rasanya tidak perlu diulas cukup mendalam. Faktanya media massa sebagai medium message nyata-nyata sudah memaparkan secara gamblang kondisi bangsa kita.
Miris. Begitulah kondisi karakter bangsa yang dulu dipuja-puji bangsa. Maaf, bukannya saya ingin bernostalgia dengan masa lampau. Rasanya di masa lampau kita memang tidak segemilang yang dikatakan orang. Namun, jika dikomprasikan dengan masa kini, ada banyak hal yang membuat kita mengelus dada.
Maka siapa pun tidak akan mengelak bahwa memang karakter bangsalah yang harus diperbaiki. Saya tidak ingin mengatakan saya malu sebagai bangsa Indonesia. Toh pada dasarnya saya merupakan entitas dari bangsa besar ini. Saya tidak ingin menjadi bagian dari para pecundang yang hanya bisa mengutuk kegelapan. Dan sama sekali tidak ada itikad baik untuk menyalakan cahaya. Saya peduli pada bangsa ini, saya yakin karakter bangsa ini suatu saat akan berubah. Sekarang yang bisa kita lakukan hanyalah berusaha semampu kita. Karena jika kita mau, apa pun pasti bisa.
Mengutip apa yang disampaikan ibu Marwah Daud Ibrahim dalam bukunya Mengelola Hidup Merencanakan Masa Depan (MHMMD)
Kesuksesan bangsa adalah akumulasi dari kesuksesan individu
Maka cara paling sederhana atau yang paling bisa kita lakukan saat ini adalah ubahlah karakter Anda menjadi karakter yang penuh integritas.
Persoalan karakter memang sulit diubah, bahkan kerap kali karakter sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari hidup suatu individu atau kelompok.
Saya teringat dengan tausiyah yang disampaikan Bang Sandiaga Uno pada malam i'tiqaf ke-27 di masjid Al-Azhar, Jakarta. Beliau menceritakan salah satu pengalamannya ketika menempuh studi di Amerika. Menurut saya, pengalaman beliau ini bisa menjadi pemantik kita untuk berubah. Hingga pada akhirnya kita bisa berkata, "Ok, let’s change our habit!"
Amerika--saat salju baru saja membasahi kampus bang Sandiga Uno. (Cerita sudah mengalami revisi, tapi tidak mengurangi esensi dari cerita itu sendiri)
Saat itu kami mahasiswa dari Indonesia berkumpul di cafeteria untuk menikmati kehangatan bersama pasca salju yang turun semalaman. Seperti biasa, jika turun salju dapat dipastikan kondisi jalan atau pun lantai menjadi licin. Dan hal tersebut tentu saja berbahaya bagi pejalan kaki. Maka dibutuhkan kehati-hatian yang cukup ekstra supaya tidak tergelincir.
Rupanya tidak hanya mahasiswa Indonesia saja yang saat itu di cafeteria. Ada kumpulan mahasiswa dari Jepang dan mahasiswa dari Eropa. Mereka menikmati kebersamaan sembari bercanda satu sama lain.
Kemudian, seorang teman saya yang juga mahasiswa asal Indonesia berlari menuju ke tempat kami. Saya khawatir kalau-kalau teman saya tersebut tergelincir. Tiba-tiba. hanya selang beberapa menit dari apa yang saya pikirkan, ternyata benar. Teman saya tersebut tergelincir dan tubuhnya terpental.
Dan Anda bisa bayangkan apa reaksi dari tiga meja yang ada di cafeteria?
- meja mahasiswa Indonesia?
- meja mahasiswa Jepang
- meja mahasiswa Eropa
Begitulah sahabat, kejadian yang sama namun tanggapan dan perlakuan berbeda. Sekarang saya ingin menyeru kepada kita genarasi muda, Change your habit to be a better Nation!
Konsekuensi logis jika kita mau bangsa Indonesia ini berubah, maka harus dimulai dari detik ini. Jika tidak, mau sudah bisa diprediksi Indonesia tidak akan mengalami progress yang signifikan. Sejalan dengan firman Allah dalam surat (13:11)
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa apa yang pada diri mereka ”
Salam Perubahan!
Mahfud Achyar
Universitas Padjadjaran Bandung
sumber
http://www.eramuslim.com/oase-iman/mahfud-achyar-perbaikan-bangsa-dimulai-dari-perbaikan-karakter.htm
0 komentar:
Posting Komentar