Oleh Ali Mustofa
Sewaktu masih kecil, ketika masih tampak imut dan lucu-lucunya, banyak diantara kita saat ditanya oleh seseorang dengan pertanyaan, 'kalau besar cita-citanya ingin jadi apa?' maka sontan akan menjawab ingin jadi dokter. Ya begitulah, menjadi dokter memang merupakan profesi favorit kebanyakan orang.
Namun ternyata setelah besar, impian itupun tak bisa terwujud dikarenakan sesuatu hal. Maka kita tak perlu khawatir, kita masih bisa kok menjadi dokter. Tapi yang ini bukan yang biasa nyuntik orang di rumah sakit, atau yang biasa menulis sebuah resep obat yang tulisannya dibuat agak acak-acakkan. Melainkan menjadi dokter umat alias pengemban dakwah.
Menjadi dokter umat tidak perlu mengeluarkan kocek dalam-dalam, juga tidak memerlukan seleksi super ketat saat ujian masuk fakultas kedokteran. Cukup dengan membulatkan tekad untuk mengaji (halqah) serta memperdalam ilmu agama, dan siap menjadi pembela Islam, penjaga Islam yang terpercaya.
Peluang terbuka selebar-lebarnya, negri ini masih banyak membuka lowongan menjadi dokter umat, hal ini mengingat sejatinya masyarakatnya Indonesia bisa dibilang masih banyak yang sakit. Yang dimaksud sakit disini bukan sakit sebagaimana pada umumnya, seperti: batuk, pilek, jantung, magh, tipes dan lain sebagainya. Melainkan sakit pada pemikirannya.
Seperti diketahui, sudah lama masyarakat Indonesia semenjak ordelama hingga orde baru sampai sekarang ini terus dicekokin dengan virus-virus pemikiran barat, sebuah ajaran yang bertentangan dengan syariah Islam. Alhasil, sebagian diantara masyarakat yang kemudian kurang begitu paham akan keindahan Ideologi Islam, justru malah gandrung dengan ide-ide barat seperti halnya sekulerisme, pluralisme, kapitalisme, sosialisme, demokrasi, nasionalisme, dll.
Korupsi semakin menggurita, angka kriminalitas merajalela, hamil diluar nikah menggejala, inilah buah ajaran barat tersebut. Ironisnya penguasa di negri ini malah menjadikannya sebagai standar untuk mengatur negara. Inilah letak pangkal kesalahannya. Karena memang, yang salah harus dikatakan salah, dan yang benar katakanlah benar. Sebagaimana ketika seorang dokter mendiaknosis, kemudian menemukan penyakitnya apa.
Allah Swt berfirman: “Dan janganlah kamu campur adukkan yang haq dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang haq itu, sedang kamu mengetahui.” (QS. al- Baqarah : 42)
Karena itu, siapa saja bisa menjadi dokter, kenapa kesempatan ini harus di sia-siakan?, kan sayang kalau tidak buruan memanfaatkan peluang emas ini. Tapi ingat, menjadi dokter umat memang tak akan mendapat upah yang begitu menggiurkan. Namun sekali lagi jangan khawatir, insyaAllah Dia Swt-lah yang akan memberikan upah yang lebih spesial.
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yg menyeru kpd (Al-Khair) kebajikan, menyuruh kpd yg ma’ruf dan mencegah dari yg mungkar; mereka ialah orang-orang yg beruntung. ” (QS. Ali Imran: 104)
Imam At-Thabari menjelaskan ayat diatas, sebagaimana di dalam kitab tafsirnya: Al-khair di sini ialah Islam dan syariatnya yang disyariatkan Allah pada hambaNya. Al-Ma’ruf di sini ialah mengikut Nabi Shalallaahu alaihi wasalam dan dien Islam yang dibawanya. Al-Munkar di sini ialah kufur pada Allah, mendustakan Nabi Saw dan apa-apa yang dibawanya (At Thabari, 4/26)
http://mustofa.web.id/
Sewaktu masih kecil, ketika masih tampak imut dan lucu-lucunya, banyak diantara kita saat ditanya oleh seseorang dengan pertanyaan, 'kalau besar cita-citanya ingin jadi apa?' maka sontan akan menjawab ingin jadi dokter. Ya begitulah, menjadi dokter memang merupakan profesi favorit kebanyakan orang.
Namun ternyata setelah besar, impian itupun tak bisa terwujud dikarenakan sesuatu hal. Maka kita tak perlu khawatir, kita masih bisa kok menjadi dokter. Tapi yang ini bukan yang biasa nyuntik orang di rumah sakit, atau yang biasa menulis sebuah resep obat yang tulisannya dibuat agak acak-acakkan. Melainkan menjadi dokter umat alias pengemban dakwah.
Menjadi dokter umat tidak perlu mengeluarkan kocek dalam-dalam, juga tidak memerlukan seleksi super ketat saat ujian masuk fakultas kedokteran. Cukup dengan membulatkan tekad untuk mengaji (halqah) serta memperdalam ilmu agama, dan siap menjadi pembela Islam, penjaga Islam yang terpercaya.
Peluang terbuka selebar-lebarnya, negri ini masih banyak membuka lowongan menjadi dokter umat, hal ini mengingat sejatinya masyarakatnya Indonesia bisa dibilang masih banyak yang sakit. Yang dimaksud sakit disini bukan sakit sebagaimana pada umumnya, seperti: batuk, pilek, jantung, magh, tipes dan lain sebagainya. Melainkan sakit pada pemikirannya.
Seperti diketahui, sudah lama masyarakat Indonesia semenjak ordelama hingga orde baru sampai sekarang ini terus dicekokin dengan virus-virus pemikiran barat, sebuah ajaran yang bertentangan dengan syariah Islam. Alhasil, sebagian diantara masyarakat yang kemudian kurang begitu paham akan keindahan Ideologi Islam, justru malah gandrung dengan ide-ide barat seperti halnya sekulerisme, pluralisme, kapitalisme, sosialisme, demokrasi, nasionalisme, dll.
Korupsi semakin menggurita, angka kriminalitas merajalela, hamil diluar nikah menggejala, inilah buah ajaran barat tersebut. Ironisnya penguasa di negri ini malah menjadikannya sebagai standar untuk mengatur negara. Inilah letak pangkal kesalahannya. Karena memang, yang salah harus dikatakan salah, dan yang benar katakanlah benar. Sebagaimana ketika seorang dokter mendiaknosis, kemudian menemukan penyakitnya apa.
Allah Swt berfirman: “Dan janganlah kamu campur adukkan yang haq dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang haq itu, sedang kamu mengetahui.” (QS. al- Baqarah : 42)
Karena itu, siapa saja bisa menjadi dokter, kenapa kesempatan ini harus di sia-siakan?, kan sayang kalau tidak buruan memanfaatkan peluang emas ini. Tapi ingat, menjadi dokter umat memang tak akan mendapat upah yang begitu menggiurkan. Namun sekali lagi jangan khawatir, insyaAllah Dia Swt-lah yang akan memberikan upah yang lebih spesial.
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yg menyeru kpd (Al-Khair) kebajikan, menyuruh kpd yg ma’ruf dan mencegah dari yg mungkar; mereka ialah orang-orang yg beruntung. ” (QS. Ali Imran: 104)
Imam At-Thabari menjelaskan ayat diatas, sebagaimana di dalam kitab tafsirnya: Al-khair di sini ialah Islam dan syariatnya yang disyariatkan Allah pada hambaNya. Al-Ma’ruf di sini ialah mengikut Nabi Shalallaahu alaihi wasalam dan dien Islam yang dibawanya. Al-Munkar di sini ialah kufur pada Allah, mendustakan Nabi Saw dan apa-apa yang dibawanya (At Thabari, 4/26)
http://mustofa.web.id/
0 komentar:
Posting Komentar