Berawal dari pengalaman pribadi yang memilukan sekaligus mengharukan.
artikel ini di bagi dalam 2 halaman
lihat halaman 2
Bagian 1
Pengobatan Alternatif,
Dapatkah Dipertanggungjawabkan...???
Oleh: dr. Rudy Dewantara
Pengobatan alternatif
semakin menjamur di Indonesia. Coba saja lihat surat kabar nasional
maupun lokal, pasti banyak pengobatan alternatif yang memasang iklan.
Belum lagi di media televisi, banyak pula pengobatan alternatif yang
memiliki “show” sendiri.
Salah satu pengobatan alternatif yang
menjadi trend adalah pengobatan alternatif untuk patah tulang. Banyak
dukun patah tulang yang membuka praktek tanpa kita ketahui
kompetensinya. Meskipun memang ada beberapa tempat pengobatan
alternatif yang dukun patah tulangnya telah mendapat pelatihan dan
memang kompeten untuk menangani patah tulang ringan. Banyak sekali
laporan kasus yang menyebutkan kecacatan, rasa nyeri kronik, infeksi
bahkan kematian setelah berobat ke pengobatan alternatif. Parahnya
media massa nasional dan lokal (televisi, radio, surat kabar) yang
seharusnya menjadi bagian dalam edukasi dan informasi masyarakat luas
justru turut “berperan” dalam “proses pembodohan massa”. Dokter
Rahyussalim, seorang ahli bedah orthopaedi dan staf bagian Orthopaedi
dan Traumatologi FKUI-RSCM, dalam blognya
(http://rahyussalim.multiply.com) membuat suatu penelitian yang hasilnya
cukup mengejutkan. Berikut adalah kutipan dari blog beliau:
330
pasien yang berobat ke polikilinik Ortopedi RS pemerintah di 9 kota
di Indonesia antara lain Banda Aceh, Medan, palembang, Jakarta,
Karawang, Tangerang, Klaten, Malang, dan Pontianak. Pasien ini saya
kumpulkan sejak tahun Juni 2005 sd Juni 2007. Dari seluruh pasien
dengan kisaran usia antara 19 tahun sd 55 tahun dan kesemuanya laki-laki
dan mendapatkan pelayanan oleh dukun patah dan sejenisnya sebelum
datang ke poliklinik ortopedi. Dari semua pasien yang telah dinyatakan
sembuh oleh dukun dan penderita ternyata semua penderita masih memiliki
keluhan yang sangat bervariasi mulai dari nyeri, jalan pincang, anggota
badan bengkok, gerakan sendi yang tidak optimal dan terjadi pemendekan
ruas tulang yang signifikan. Apa bila penderita ini datang ke
poliklinik orthopedi dan kemudian mendapatkan pelayanan yang sesuai
dengan pelayanan orthopedi yang dicapai oleh orthopedi Indonesia saat
ini maka saya optimis mengatakan bahwa 95% gejala sisa ini dapat
diatasi dan seharusnya tidak terjadi.Sebanyak 5% gejala sisa dapat saja
terjadi karena faktor lain yang tidak dapat diduga sebelumnya.
Salah satu korban dukun patah tulang yang mengalami lumpuh pada tangan kanannya (sumber: rahyussalim.multiply.com)
Melihat
fakta ini, mau tidak mau harus ada yang memulai pemberian proses
edukasi dan informasi masyarakat mengenai patah tulang, dengan demikian
diharapkan masyarakat mendapatkan penanganan terbaik dari ahlinya.
Apakah patah tulang itu?
Definisi
patah tulang secara umum adalah terputusnya kontinutas tulang. Gejala
yang umum muncul adalah rasa nyeri yang terlokalisir pada bagian yang
patah dan nyeri ini akan semakin memberat apabila digerakkan, bengkak
di sekitar bagian yang cedera, deformitas atau kelainan bentuk.
Patah
tulang pada dewasa dan anak karena masing-masing memiliki
karakteristik yang berbeda yang akan berdampak pada penanganan patah
tulang. Misalnya, reduksi tertutup patah tulang pada anak tidak perlu
dilakukan secara agresif karena proses penyembuhan tulang anak lebih
cepat dan lebih baik daripada dewasa. Selain itu, beberapa jenis patah
tulang pada anak dapat sembuh/menyambung spontan, hal ini dikarenakan
anak masih dalam masa pertumbuhan. Pada orang dewasa, proses penyembuhan
tulang tidak sebaik pada anak, lempeng pertumbuhan juga sudah menutup,
oleh karena itu penanganan patah tulang pada orang dewasa cenderung
lebih agresif.
Diagnosa Patah Tulang
Secara umum, dokter dapat melakukan diagnosa patah tulang melalui tahapan-tahapan berikut:
1. wawancara, untuk mengetahui kemungkinan mekanisme cedera, sehingga dapat diperkirakan seberapa parah cedera yang terjadi
2.
pemeriksaan fisik, untuk mendapatkan tanda-tanda obyektif patah tulang
melalui tahapan inspeksi (melihat) dan palpasi (meraba)
3. pemeriksaan radiologis, atau foto rontgen. Dengan rontgen dapat diketahui dengan pasti adanya patah tulang
Proses Penyembuhan Patah Tulang
Penyembuhan
tulang normal merupakan suatu proses biologis yang luar biasa karena
tulang dapat sembuh tanpa “bekas” atau “jaringan parut”. Artinya tulang
yang patah akan disambung dengan tulang yang baru. Berbeda dengan
ligamen yang proses penyembuhannya akan digantikan dengan jaringan
parut. Berikut akan dijelaskan secara singkat proses penyembuhan tulang
secara normal (diambil dari Textbook of Disorders and Injuries of the Musculosceletal System karangan Robert Bruce Salter, halaman 427-428) :
1. Fase awal penyembuhan dari jaringan lunak
Pada
patah tulang, akan terjadi robekan pembuluh darah kecil di sekitar
tempat cedera. Setelah terjadi pendarahan maka tubuh akan merespon dan
terbentuklah bekuan darah (clot/hematoma). Hematoma di tempat patah
tulang ini merupakan tempat dimana proses penyembuhan patah tulang
pertama kali terjadi. Akan terjadi ledakan populasi sel-sel pembentuk
tulang baru (osteogenic cells) untuk membentuk callus yang berfungsi
sebagai ”lem” untuk menjaga agar tulang yang patah tidak mudah bergerak.
Pada fase ini callus yang terbentuk masih lunak dan sebagian besar
mengandung cairan.
2. Fase Penyambungan Tulang secara Klinis (Clinical Union)
Callus
semakin lama akan semakin mengeras dan sebagian akan digantikan oleh
tulang immatur/belum dewasa. Pada saat callus ini telah mengeras
sehingga tidak lagi terjadi pergerakan di sekitar tulang yang patah,
maka dikatakan telah memasuki fase penyambungan tulang secara klinis
(Clinical Union), namun garis patah tulang masih akan terlihat. Saat
fase ini pasien tidak merasakan nyeri apabila bagian yang patah
digerakkan.
3. Fase Konsolidasi atau Penyambungan secara Radiologis (Radiographic Union)
Saat
semua tulang muda (immatur) dalam callus telah tergantikan oleh tulang
yang dewasa (matur) maka dikatakan telah memasuki fase Radiographic
Union. Garis patah tulang tidak akan terlihat lagi.
Setelah
memahami proses penyembuhan tulang secara normal, kita dapat memahami
bahwa tulang yang patah, secara alami akan dapat menyambung sendiri
tanpa harus dimanipulasi. Hal ini pula yang dijadikan patokan oleh
oknum dukun patah tulang yang kurang kompeten. Oknum dukun patah tulang
paham bahwa penyambungan tulang merupakan proses alami tubuh, oleh
karenanya mereka melakukan manipulasi untuk menyambung tulang dengan
hanya berdasar trial and error serta pengalaman tanpa adanya pelatihan
khusus.
Saat pasien patah tulang datang untuk berobat, baik ke
dokter maupun ke pengobatan alternatif, pasien akan mengharapkan
kesembuhan dalam artian:
1. tulang yang patah dapat menyambung
2. bagian tubuh yang cedera dapat digunakan kembali/berfungsi secara normal
3. terhindar dari komplikasi
MASALAHNYA..
Seperti
penjelasan di atas, penyambungan tulang patah merupakan proses alami
tubuh yang akan terjadi meskipun tanpa manipulasi tertentu. Tetapi,
penyambungan tulang (union) yang bagaimana yang diharapkan pasien?
Pasien tentu mengharapkan tulang menyambung seperti sedia kala, dengan
posisi normal sesuai posisi asli sebelum patah (posisi anatomis), dan
hal ini hanya dapat dicapai/dilakukan oleh orang yang telah memiliki
kompetensi setelah menjalani proses pembelajaran dan pelatihan dalam
waktu yang cukup lama, bukan berdasarkan trial and error.
Manipulasi
yang tidak tepat memang pada akhirnya akan menyebabkan tulang yang
patah menyambung, namun tidak dalam posisi normal atau posisi anatomis,
akibatnya akan terjadi deformitas/kelainan bentuk pada anggota tubuh
yang terkena, misalnya tangan jadi terlihat bengkok.
Masalah
fungsi normal, jelas bahwa dengan tercapainya posisi anatomis maka
diharapkan pasien dapat kembali menggunakan bagian tubuh yang cedera
seperti sebelum sakit. Saat ini banyak sekali kasus dimana setelah
berobat ke pengobatan alternatif, tulang patah memang menyambung, tapi
pasien harus menanggung komplikasi misalnya jalan menjadi pincang,
rentang gerakan sendi menurun (misal tangan tidak bisa lurus dengan
maksimal), dan tidak jarang kecacatan ini harus ditanggung seumur
hidup.
Ada tiga proses penyembuhan patah tulang yang tidak normal
akibat tidak ditangani sama sekali atau ditangani oleh orang yang tidak
kompeten:
1. Malunion: patah tulang dapat sembuh sesuai
waktu yang diperkirakan/normal namun posisinya tidak seperti awal/tidak
sesuai posisi anatomis, sehingga menyebabkan kelainan bentuk tulang
2. Delayed union: patah tulang pada akhirnya akan sembuh namun membutuhkan waktu lebih lama daripada waktu penyembuhan normal
3. Pseudoarthrosis:
patah tulang gagal sembuh/menyambung dan akan disertai pembentukan
jaringan fibrosa atau false joint, artinya bagian yang patah tidak akan
berfungsi dengan normal seperti sebelum sakit.
Komplikasi yang
lebih buruk dan mengancam jiwa terjadi apabila pasien menderita patah
tulang terbuka (ada hubungan antara tulang dengan lingkungan luar).
Kasus patah tulang terbuka merupakan kasus gawat darurat yang harus
ditangani secepatnya di meja operasi karena adanya resiko infeksi yang
sangat besar. Infeksi ini apabila tidak ditangani dengan baik akan
menimbulkan kematian. Jelas bahwa untuk kasus patah tulang terbuka,
pengobatan alternatif tidak memiliki kompetensi.
Lagi..
korban patah tulang terbuka yang “dibujuk” oleh calo dukun patah
tulang untuk tidak berobat ke dokter (sumber: rahyussalim.multiply.com)
Dengan
artikel singkat ini, saya berharap muncul kesadaran baik dari kalangan
medis maupun non medis untuk turut serta dalam usaha edukasi dan
memberikan informasi yang benar dan tidak merugikan pasien. Keselamatan
pasien merupakan hal yang utama disini, sesuai dengan prinsip utama
yang harus dipegang oleh semua kalangan medis, yaitu ”PRIMUM NON NOCERE, DO NO HARM”.
Penulis:
dr. Rudy Dewantara
Peminat Orthopaedi – Sports Medicine
Terima kasih untuk dr. Rahyussalim SpOT atas bantuannya – rahyussalim.multiply.com -
Artikel ini saya kutip untuk bisa di gunakan sebaik-baiknya,
karna sebuah pengalaman yg dialami keluarga saya,
sumber
http://everythingaboutortho.wordpress.com/
Puisi Patah Hati Karena Cinta Bertepuk Sebelah Tangan
-
Sebuah puisi patah hati, karena cinta yang diperjuangkan selama ini hanya
bertepuk sebelah tangan. Sedih memang, galau memang, tapi apa hendak dikata
sudah...
2 minggu yang lalu
0 komentar:
Posting Komentar