Di bulan Ramadhan, waktu yang paling baik alias mujarab dan dikabulkan Allah adalah do’a hamba-Nya yang tulus di kala berbuka. Selain berdo’a tentu harus disertai usaha dari hamba tersebut. Maka perbanyaklah amal. Mari kita mulai sekarang dan Bulan Ramadhan Seperti kita tahu dibagi menjadi 3 tahap spesial. Sepuluh hari pertama, tahap pelimpahan rahmat, 10 hari kedua tahap pengampunan, dan 10 hari ketiga tahap dimana setiap umat Islam dijanjikan akan terbebas dari api neraka.
Oleh karenanya berdo’a-lah mohon ampun kepada allah atas segala dosa yang diperbuat dan di Bulan Ramadhan inilah merupakan kesempatan terbaik untuk melakukan semua ini. Segala doa untuk bulan ini mengajarkan kita untuk memohon ampunan dan pembebasan dari hukuman. Orang yang membaca doa-doa ini dengan tulus, dan sungguh-sungguh bertaubat, pasti mendapat ampunan Allah.
Memandang ke depan, sudah siapkah kita menyambut 20 hari yang tersisa? Jangan sampai ada detik yang terbuang untuk hal-hal yang tidak perlu. Sudah cukup disiplin kah kita? Sudah makin fokuskah kita?
Mari, sama-sama kita tingkatkan disiplin diri, meluruskan niat, dan berkonsetrasi penuh pada 20 hari terakhir ini, Semoga berka.
Alhamdulillah, Allah masih memberikan kesempatan kepada kita semua memasuki
sepuluh hari kedua di bulan Ramadhan, bulan yang penuh berkah, namun
sering disia-siakan, termasuk oleh saya. Semoga kita masih hidup hingga
akhir Ramadhan.
Ramadhan sudah seharusnya digunakan untuk full ibadah,
namun ada kenyataan yang menyedihkan sekaligus ironis menurut saya. Ya,
bagaimana tidak ironis, di bulan yang penuh berkah ini banyak sekali
kebid’ahan yang dilakukan, bahkan hal yang mubazir seperti petasan dan
kembang api laku terjual. Ada juga tetabuhan seperti bedug keliling yang
tidak ada contohnya pada zaman Rasul, na’udzubillah.
Terdapat dua hadis yang menyebutkan hal ini:
Pertama, hadis dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu,
“Awal bulan Ramadan adalah rahmah, pertengahannya maghfirah, dan akhirnya ‘itqun minan nar (pembebasan dari neraka).”
Disebutkan dalam Silsilah Adh-Dhaifah (kumpulan hadis dhaif), “Hadis ini disebutkan oleh Al-Uqaili dalam Adh-Dhu’afa, hlm. 172; Ibnu Adi dalam Al-Kamil fid Dhu’afa’, 1:165; Ad-Dailami dalam Musnad Al-Firdaus, 1/1:10–11; dengan sanad: dari Sallam bin Siwar dari Maslamah bin Shult dari Az-Zuhri dari Abu Salamah dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu. Al-Uqaili mengatakan, ‘Tidak ada bukti dari hadis Az-Zuhri.’ Ibnu Adi mengatakan, ‘Sallam bin Siwar, menurutku dia munkarul hadits (perawi hadis munkar), sedangkan Masmalah bin Shult tidak banyak dikenal.’ Demikian pula komentar Adz-Dzahabi. Sedangkan Maslamah, telah dikomentari Abu Hatim, ‘Matrukul hadits (hadisnya ditinggalkan),’ sebagaimana yang beliau sebutkan dalam Mizanul I’tidal, 2:179.” (Silsilah Ahadits Dhaifah, no. 1569)
Kedua, hadis dari Salman Al-Farisi radhiallahu ‘anhu. Diceritakan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkhotbah menjelang Ramadan. Di antara isi khotbah beliau,
“Siapa saja yang memberi buka kepada orang yang puasa dengan seteguk susu, sebiji kurma, atau seteguk air, dan siapa yang mengenyangkan orang puasa maka Allah akan memberi minum dari telaga dengan satu tegukan, yang menyebabkan tidak haus sampai masuk surga. Inilah bulan, yang awalnya adalah rahmah, pertengahannya maghfirah, dan akhirnya ‘itqun minan nar (pembebasan dari neraka). Perbanyaklah melakukan 4 hal dalam bulan Ramadan ….”
Hadis ini diriwayatkan oleh Al-Muhamili dalam Al-Amali, jilid 5, no. 50; Ibnu Khuzaimah dalam Shahih-nya, no. 1887, dengan komentar dari beliau, “Andaikan sahih, bisa jadi dalil;” Al-Wahidi dalam Al-Wasith, 1:640. Sanad hadis ini dhaif karena adanya perawi Ali bin Zaid bin Jada’an. Orang ini dhaif, sebagaimana keterangan Imam Ahmad dan yang lainnya. Imam Ibnu Khuzaimah menjelaskan, “Saya tidak menjadikan perawi ini sebagai dalil karena jeleknya hafalannya.” (Silsilah Ahadits Dhaifah, no. 871)
Jawaban:
Terdapat dua hadis yang menyebutkan hal ini:
Pertama, hadis dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu,
أول شهر رمضان رحمة وأوسطه مغفرة وآخره عتق من النار
“Awal bulan Ramadan adalah rahmah, pertengahannya maghfirah, dan akhirnya ‘itqun minan nar (pembebasan dari neraka).”Disebutkan dalam Silsilah Adh-Dhaifah (kumpulan hadis dhaif), “Hadis ini disebutkan oleh Al-Uqaili dalam Adh-Dhu’afa, hlm. 172; Ibnu Adi dalam Al-Kamil fid Dhu’afa’, 1:165; Ad-Dailami dalam Musnad Al-Firdaus, 1/1:10–11; dengan sanad: dari Sallam bin Siwar dari Maslamah bin Shult dari Az-Zuhri dari Abu Salamah dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu. Al-Uqaili mengatakan, ‘Tidak ada bukti dari hadis Az-Zuhri.’ Ibnu Adi mengatakan, ‘Sallam bin Siwar, menurutku dia munkarul hadits (perawi hadis munkar), sedangkan Masmalah bin Shult tidak banyak dikenal.’ Demikian pula komentar Adz-Dzahabi. Sedangkan Maslamah, telah dikomentari Abu Hatim, ‘Matrukul hadits (hadisnya ditinggalkan),’ sebagaimana yang beliau sebutkan dalam Mizanul I’tidal, 2:179.” (Silsilah Ahadits Dhaifah, no. 1569)
Kedua, hadis dari Salman Al-Farisi radhiallahu ‘anhu. Diceritakan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkhotbah menjelang Ramadan. Di antara isi khotbah beliau,
من فطر صائما على مذقة
لبن، أو تمرة، أو شربة من ماء، ومن أشبع صائما سقاه الله من الحوض شربة لا
يظمأ حتى يدخل الجنة، وهو شهر أوله رحمة، ووسطه مغفرة، وآخره عتق من
النار، فاستكثروا فيه من أربع خصال…
“Siapa saja yang memberi buka kepada orang yang puasa dengan seteguk susu, sebiji kurma, atau seteguk air, dan siapa yang mengenyangkan orang puasa maka Allah akan memberi minum dari telaga dengan satu tegukan, yang menyebabkan tidak haus sampai masuk surga.
Inilah bulan, yang awalnya adalah rahmah, pertengahannya maghfirah, dan
akhirnya ‘itqun minan nar (pembebasan dari neraka). Perbanyaklah
melakukan 4 hal dalam bulan Ramadan ….”Hadis ini diriwayatkan oleh Al-Muhamili dalam Al-Amali, jilid 5, no. 50; Ibnu Khuzaimah dalam Shahih-nya, no. 1887, dengan komentar dari beliau, “Andaikan sahih, bisa jadi dalil;” Al-Wahidi dalam Al-Wasith, 1:640. Sanad hadis ini dhaif karena adanya perawi Ali bin Zaid bin Jada’an. Orang ini dhaif, sebagaimana keterangan Imam Ahmad dan yang lainnya. Imam Ibnu Khuzaimah menjelaskan, “Saya tidak menjadikan perawi ini sebagai dalil karena jeleknya hafalannya.” (Silsilah Ahadits Dhaifah, no. 871)
awaban:
Terdapat dua hadis yang menyebutkan hal ini:
Pertama, hadis dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu,
Berkat - Ampunan - Dijauhin dari api neraka .
BalasHapusEmaing manteffff !!
selamat menyambut bulan suci Ramadhan..selamat berpuasa ..maaf lahir batin :)
BalasHapusTerimakasih...
BalasHapusSemoga sobat semua jadi orang yang bertaqwa di sisi Allah SWT.
Mohon maaf lahir batin juga.
Ok. Thanks Gita B.
BalasHapusSukses for you......